Jauh di Mata Dekat di Hati
Judul
Novel : Sepasang Kekasih yang Belum
Bertemu
Pengarang
: Boy Candra
Penerbit
: Mediakita
Tahun
Terbit : 2017
Tempat
Terbit : Jakarta
Tebal : 209 halaman
Harga : Rp 46.600,- (pada saat buku ini dibeli)
Novel ini menceritakan kisah antara Boy seorang penulis asal
Padang dan Wulan Sari seorang mahasiswi asal Medan yang menggemari karya-karya
Boy. Kisah mereka dimulai saat Wulan memention
Boy di twitter dan menyatakan bahwa ia suka dengan buku “Origami Hati” karya Boy.
Kemudian mereka bertukar nomor handphone lewat
DM twitter dan akhirnya semakin dekat karena sering telepon dan SMS. Seiring
dengan berjalannya waktu Boy dan Wulan Sari merasa saling suka dan memutuskan
untuk menjadi sepasang kekasih walaupun belum pernah bertemu secara langsung.
Konflik dimulai saat teman-temn Boy mengenalkan Boy pada
Della Nursyid saat Boy dan sahabat-sahabatnya liburan ke Pulau Sikuai. Della
adalah adik kelas salah satu sahabat Boy saat SMA dan berprofesi sebagai public relation di toko buku. Sehari
setelah mereka pulang dari liburan, Boy mendapat telepon dari Della. Sejak saat
itu Della rutin mengirim pesan singkat dan mengajak Boy untuk bertemu. Della
memberikan perhatian yang selama ini Boy harapkan dari Wulan namun tidak bisa
terpenuhi karena terpaut jarak yang menghalangi mereka.
Hati Boy mulai goyah. Boy menerima kehadiran Della untuk
mengisi kekosongan yang harusnya Wulan tempati. Tapi, Boy juga merasa bersalah
karena telah menduakan Wulan Sari. Setiap Wulan menghubunginya, Boy selalu
menghindar dan beralasan jika ia
sedang sibuk. Padahal sebenarnya Boy sedang bersama dengan
Della. Semakin hari perasaan bersalah pada Wulan semakin besar. Namun, rasa
sukanya pada Della juga semakin besar. Akhirnya Boy memutuskan untuk mengakhiri
hubungannya dengan Della karea ia menyadari bahwa rasa cinta dan ketulusan dari
Wulan Sari sangatlah besar begitupula sebaliknya.
Dulu Boy pernah berjanji akan pergi ke Medan saat Wulan
wisuda. Dua minggu sebelum hari wisuda Wulan, Boy menceritkan semua kebohongannya
tentang Della. Wulan yang terlanjur kecewa akhirnya berhenti menghubungi Boy
dan Boy pun tidak jadi datang ke Medan. Membuat Wulan yang telah mengharapkan
kehadirannya semakin kecewa dan akhirnya memutuskan untuk pindah ke rumah
neneknya di Aceh untuk waktu yang tidak ditentukan.
Boy yang merasa kalut memutuskan untuk berjalan-jalan ke
Taman Budaya Sumatera Barat karena disana sedang diadakan pameran anak DKV
Universitas Negeri Padang. Disana ia bertemu dengan Susan, cinta pertamanya
saat SMA. Sehari setelah pertemuan itu Boy mengajak Susan untuk bertemu. Entah
mengapa Boy merasa ingin bercerita tentang kegundahannya pada Susan. Susang
yang paham bagaimana sifat Boy pun mendukung Boy untuk pergi ke Aceh mencari
Wulan.
Boy pergi ke Aceh dengan berbekal secarik foto Wulan yang ia
miliki dan beberapa info tidak pasti dari sahabat Wulan. Karena minimnya
informasi, Boy tidak bisa menemukan keberadaan Wulan. Hingga ia merasa putus
asa dan memutuskan untuk pergi ke Pantai Lampuuk. Pantai favorit Wulan yang
pernah Wulan ceritakan padanya. Saat Boy sedang berada di tepi pantai seseorang
memanggil namanya dan orang itu adalah pujaan hatinya, Wulan Sari.
Wulan sebenarnya membaca semua pesan singkat Boy yang
mengabarinya jika sekarang Boy sedang berada di Aceh mencarinya, Wulan juga
tahu hal tersebut dari sahabatnya. Namun karena rasa sakit hatinya, Wulan tidak
membalas semua pesan Boy. Wulan pergi ke Pantai Lampuuk untuk menenangkan
pikirannya yang sedang kalut karena merindukan Boy. Ia tidak mengira jika takdir
mempertemukan mereka disana. Akhirnya Boy meminta maaf atas semua kesalahannya
dan berharap Wulan mau memberikan kesempatan kedua untuknya. Dengan berderai
air mata, Wulan mengiyakan permintaan Boy karena ia sadar jika rasa cintanya
pada Boy sangatlah dalam.
Novel bertema percintaan ini ditulis oleh Boy Candra.
Seorang laki-laki kelahiran 21 November 1989 yang besar di Sumatera Barat. Boy
merupakan lulusan Universitas
Negeri Padang di Jurusan Administrasi Pendidikan. Ia aktif
diorganisasi komunikasi dan radio di kampusnya dan rutin menulis dibeberapa
media sosial seperti blog miliknya yaitu rasalelaki.blogspot.com . Ia aktif
menulis sejak tahun 2011. Buku pertama yang ia terbitkan pada tahun 2013
berjudul “Origami Hati”. Ia sudah menerbitkan 9 novel dan salah satunya adalah
novel ini.
Membaca novel ini seakan sedang membaca buku diary dari Boy untuk Wulan. Cara
penuturan novel ini juga sedikit berbeda dari novel pada umumnya. Penulis menggunakan
sudut pandang orang pertama, dimana “aku” adalah Boy.
“Wulan, sebelum menulis kisah ini aku sebenarnya
berkali-kali meyakinkan hati. Bukan karena aku ragu akan cinta kita. Tidak sama
sekali. Namun, tentang semua yang akan kutulis adalah hal yang mungkin saja
ditertawakan oleh orang banyak.” – (halaman 7)
Menurut sata hal
tersebut menjadi salah satu kelebihan dari novel ini. dengan sudut pandang
orang pertama dan isi novel seperti buku diary
membuat saya bisa merasakan semua emosi Boy dan merasakan bagaimana jika saya
menjadi Wulan. Yang justru membuat novel ini semakin seru karena kita bisa
semakin mendalami bagaimana semua perasaan mereka. Bahasa yang digunakanpun
begitu mendayi dan puitis. Banyak sekali quotes
yang bisa kita temukan saat membaca novel ini.
“Aku percaya cinta
bisa jatuh pada siapa saja. Kapan saja. Bukankah cinta memiliki banyak dimensi
untuk jatuh? Orang yang tidak mungkin jatuh cinta, adalah dua orang yang tidak
pernah saling kenal, bukan orang yang tidak pernah saling bertemu.” – Boy
(halaman 20)
Selain itu, melalui novel ini kita akan diajak mengenal
tempat menarik di Sumatera Barat yaitu Pulau Sikuai yang menjadi latar tempat
cerita saat Boy dan sahabat-sahabatnya berlibur dan menjadi latar tempat dimana
Boy bertemu dengan Della untuk pertama kalinya. Didalam novel ini dijelaskan
baw=hwa dulunya Pulau Sikuai adalah pulau yang indah namun kondisinya sangat
memprihatinkan karena tidak ada yang menjaganya. Kita juga akan diberikan
penggambaran bagaimana keindahan Aceh dan betapa dahsyatnya Tsunami yang pernah
menerjang kota tersebut hingga bisa menyeret sebuah kapal besar ke tengah kota.
Dimana keindahan kota Aceh khususnya Pantai Lampuuk menjadi latar tempat saat
Boy mencari Wulan sang kekasih hati.
“ Aku sampai di Lampuuk. Kulihat orang-orang bahagia dengan
pasangannya masing-masing. Ada juga yang menikmati senja dengan keluarganya.
Langit mulai tampak mendung, pelan-pelan mengubah warnanya menjadi seperti
terbakar. Namun, aku suka langit senja di Lampuuk. Entahlah, meski senja itu
menyakitkan. Aku tetap bisa menikmati rasa sakit yang dia hadirkan.” – (halaman
206 dan 207)
Jujur saja novel ini menjadi salah satu novel favorit saya
dari sekian banyak novel yang pernah saya baca. Entah karena bahasanya yang
begitu puitis hingga bisa menghipnotis saya untuk terus membaca dan
menyelesaikannya saat itu juga atau karena tokoh laki-lakinya yang begitu
romantis sehingga membuat saya semakin menyukai novel ini. Hanya saja menurut
saya ending dari novel ini kurang
maksimal. Jika saja endingnya diberikan
sedikit cerita lagi seperti Boy dan Wulan yang akhirnya menikah saya rasa akan
semakin membuat pembaca senang. Itulah pendapat menurut saya. Mengesampingkan
kekurangan tersebut, novel ini tetaplah novel yang sangat menarik dan cocok
untuk dibaca saat kita sedang bersantai.
Biodata Penulis Resensi
Nama Lahir : Irawati Dwi Setia Bakti
Nama Panggilan : Ira
Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 20 September 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal Sekolah : SMA Negeri 1
Kepanjen