Would the World be Better Without
Islam?
Penulis : Hanum Salsabiela Rais dan Rangga
Almahendra
Penerbit : PT. gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit
: Cetakan ke-7, Januari 2015
Genre : Religi, Keluarga
Harga : Rp 75.000,00
ISBN : 978-602-03-0545-5
Buku Bulan Terbelah di Langit Amerika ini ditulis oleh Hanum
Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra yang merupakan pasangan suami istri. Sang
istri, Hanum adalah putri kedua dari Amien Rais. Ia pernah terpilih menjadi
duta perempuan mewakili Indonesia untuk Youth Global Forum di Suzuka pada tahun
2013. Salah satu karyanya yang berjudul Berjalan di Atas Cahaya mendapat
apresiasi Buku dan Penulis Non Fiksi Terfavorit 2013. Sedangkan sang suami,
Rangga merupakan teman perjalanan sekaligus penulis kedua buku ini. Ia
memenangi beasiswa dari pemerintah Austria untuk studi S-3 di WU Vienna, yang
kemudian menjadi inspirasi kisah ini. Kini ia menjabat sebagai Direktur Utama
ADiTV, Ketua Umum Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB) Yogyakarta,
dan Manager of Office of International Affairs FEB-UGM.
Menceritakan tentang seorang jurnalis wanita yang sangat
cantik bernama Hanum Salsabiela Rais, dia juga harus menemani suaminya yang
bernama Rangga Almahendra untuk sekolah di Vienna. Dan juga karena ia mendapat
tugas dari atasannya yang bernama Gertrude Robinson untuk membuat artikel yang
bertema "Would the World be Better Without Islam?" Artikel
tersebut nantinya akan dimuat di sebuah koran. Gertrude juga meminta kepada
Hanum supaya mewawancarai dua narasumber dari pihak muslim dan nonmuslim di
Amerika Serikat. Narasumber tersebut merupakan para keluarga korban serangan
World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001 di Washington DC, New York.
Disisi lain, Rangga juga diminta dosennya Proffesor Reinhard
untuk pergi ke Washington, agar bisa mengikuti sebuah konferensi internasional
dalam bidang bisnis. Dalam konferensi tersebut yang nantinya akan membahas dan
mengetengahkan seorang filantropi dunia bernama Brown Philipus tentang
"Strategi The Power of Giving. "
Mereka pun pergi ke Washington untuk memenuhi tugasnya
masing-masing. Setelah oencarian panjang, akhirnya Hanum berhasil menemukan
salah satu narasumbernya yaitu Mr. Michael Jones, yang merupakan narasumber
nonmuslim yang kurang menyetujui adanya pembangunan masjid Ground Zero di dekat
area tersebut.
Disisi lain, Hanum terpontang-panting di New York tanpa
paspor, sementara Rangga terlanjur menuju Washington setelah Hanum untuk
meminta segera mengejar registrasi konferensi yang hampir ditutup dan selesai.
Ia pun berlindung disebuah masjid yang dijadikan isu kerusuhan karena dibangun
dekat lokasi Ground Zero. Ia bertemu dengan Jullia Colins seorang mualaf yang
memiliki nama Azima Husein. Sedangkan,
Rangga tak sengaja bertemu dengan Philipus Brown dan melakukan wawancara
cepat tentang mengapa Brown menjadi filantropi.
Sebuah kejadian yang dialami Rangga dan Hanum secara tak
terduga akan mempertemukan Jones, Jullia, dan Brown dalam sebuah pertemuan
manis yang menggetirkan ketika Brown mengisahkan apa yang melandasinya menjadi
seorang filantropi dunia pada acara The Heroes itu. Banyak sekai makna yang
dapat diambil dari perjalanan mereka dalam sebuah pencarian kebenaran. Yang
dimana dapat berpengaruh besar bagi dunia.
Dari gaya penulisan, buku ini sedikit berbeda dari buku
sebelumnya, dimana penulis menggunakan peralihan karakter yang saling mengisi
satu sama lain dengan alur yang bergerak maju. Sehingga buku ini terasa ringan
untuk dibaca. Novel ini disertakan dengan peta daerah Amerika Serikat. Dengan
begitu, para pembaca terbantu untuk lebih mengerti dan memahami lokasi setiap
kejadian yang tertuang dalam novel ini. Terdiri atas sub judul sehingga setiap
rangkaian kejadian cerita lebih spesifik.
Kekurangan novel ini adalah tidak serta merta bisa diterima
oleh pembaca yang memiliki keyakinan yang berbeda. Karena perspektif yang
digunakan sangat islami. Menggunakan bahasa asing, sebagian pembaca mungkin
tidak paham arti bahasa tersebut. Terdapat kata-kata yang jarang terdengar oleh
pembaca antaralain : tenggat, ergonomis, dimensia, filantropi, dan lain
sebagainya.
Novel Bulan Terbelah di Langit Amerika ini begitu bagus
karena selain gaya bahasa yang mudah dipahami, novel ini menggunakan kisah
perjalanan pasangan suami istri di negara adi daya Amerika Serikat, yang di
kolaborasikan dengan penelitian dan cerita fiksi. Disamping itu, dalam novel
ini disuguhkan beberapa nilai religi atau agama yang begitu menyentuh batin pembaca,
nilai moral, nilai sosial, dan nilai budaya yang dapat kita ambil hikmahnya dan
inspirasi bagi kita.
Nama : Revanzah Michael Ardhana
No. / Kelas : 25 / XI MIA 2
Sekolah : SMA Negeri 1 Kepanjen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar