Naufragio
Cinta
Penulis :HAMKA
Penerbit :PT. Balai Pustaka
Tahun terbit:2013
Kota terbit :Jakarta
Cetakan ke :1
Tebal :xii+264 halaman
Genre :Roman
ISBN :979-690-997-9
Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck merupakan karya dari Buya Hamka (Haji
Abdul Malik Karim Amrullah). Beliau merupakan putra dari Syekh Abdul Karim Amrullah,
asal Maninjau, ulama Minangkabau
terkemuka di awal abad 20. Buya Hamka sudah aktif menulis sejak muda, dalam
berbagai majalah. Roman yang ditulisnya berjumlah 58 judul. Karya terbesarnya
adalah Tafsir Al Azhar, meliputi 30
juz Al Quran, diselesaikannya 2 tahun dalam tahanan Orde Lama (1964-1966).
Studinya tentang sejarah islam ditulisnya dalam Sejarah Ummat Islam, 4 jilid. Otobiografi beliau dituliskannya
dalam roman Kenang-kenangan Hidup, 4
jilid. Di antara novel-novelnya yang mendapat perhatian publik dan menjadi teks
sastra di Indonesia, Malaysia dan Singapura adalah Merantau ke Deli, Di Bawah
Lindungan Ka’bah dan Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck.
Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck menceritakan seorang pemuda
bernama Zainudin. Berawal dari pertemuan yang tak disengaja antara Zainuddin
dan hayati di jalan waktu hujan turun, dari sanalah percintaan sepasang kekasih
yang penuh derita ini dimulai. Hubungan Zainuddin dan Hayati tidak disetujui
oleh keluarga Hayati. Dengan alasan Zainuddin tidak bersuku dan berbeda adat.
Zainuddin dianggap sebagai anak orang Makassar oleh orang-orang Minangkabau
sekalipun ayahnya asli Minangkabau karena ayahnya menikah dengan orang
Makassar.
Hayati akhirnya menikah
dengan Azis kakak dari sahabatnya Khadijah yang tinggal di Padang Panjang atas
dasar pilihan Hayati dan keputusan mamaknya yang sepakat menerima Azis dan
menolak lamaran Zainuddin. Azis anak orang berada yang masih sesuku dan terikat
kerabat walaupun jauh dengan mamaknya hayati. Awal pernikahan Hayati dan Azis
sangat bahagia karena Azis pandai mengambil dan menyenangkan hati Hayati. Namun
tanpa sepengetahuan Hayati, Azis adalah tipe pemuda yang suka menghamburkan
uang, berjudi, mabuk-mabukkan dan senang main perempuan. Mendengar pernikahan Hayati dan
penolakan atas pinangan yang di kirim melalui surat, Zainuddin pun jatuh sakit.
Zainuddin selalu memanggil nama Hayati dalam erangannya. Atas permintaan dokter
dan izin dari Azis akhirnya Hayati pun menjenguk Zainuddin. Dengan sekejap
sakitnya langsung sembuh. Setelah sembuh dari sakit Zainuddin menjadi penulis
yang terkenal di tanah Jawa.
Seiring berjalannya waktu
Azis bangkrut kemudian rela menceraikan Hayati demi Zainuddin yang telah banyak
membantunya saat itu dan bunuh diri di sebuah hotel. Tetapi Zainuddin menolak
untuk menerima Hayati demi membalas dendamnya terhadap Hayati atas pengkhianatan
yang dilakukan Hayati pada masa lalu.
Hayati pulang dengan
perasaan sedih menaiki kapal Van Der Wijck. Kapal tersebut tenggelam dalam
perjalanan tetapi Hayati berhasil diselamatkan. Dia meninggal setelah Zainuddin
menuntunnya mengucap kalimat syahadat. Zainuddin juga meninggal tidak lama
kemudian karena menanggung penyesalan yang tidak berkesudahan.
Dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, penulis
menggambarkan latar dengan sangat detail sehingga pembaca bisa merasakan dan
menghayati secara maksimal. Hal ini terlihat pada bagian Anak Orang Terbuang
“Matahari telah hampir masuk ke dalam peraduannya. Dengan amat perlahan, menurutkan perintah dari alam
gaib, ia berangsur turun, turun ke dasar lautan.... Nun, agak di tengah, di
tepi pagaran anggar kelihatan puncak dan sebuah kapal yang telah berpuluh tahun
ditenggelamkan di sana.”. Kata-kata
dalam novel ini sangat halus dan menyenangkan hati. Emosi yang dibangun terasa
nyata. Luapan kemarahan, perasaan sedih, kegembiraan dan cinta semuanya melebur
jadi satu.
Terdapat
surat cinta
yang sangat menyentuh hati pada bagian Pulang. Surat tersebut merupakan surat
terakhir dari Hayati untuk Zainuddin“Pergantungan jiwaku, Zainuddin! Kemana
lagi langit tempatku bernaung, setelah engkau hilang pula dariku.... .”. Namun
dalam roman ini terlalu banyak penggalan surat yang dituliskan, terdapat
sekitar 31 surat yang menyebabkan pembaca menjadi cepat jenuh.
Roman
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ini kurang cocok jika dibaca oleh anak-anak.
Pada bagian Pacu Kuda dan Pasar Malam terdapat penggambaran bagaimana pakaian
yang digunakan oleh Khadijah “.... Kebaya pendek yang jarang, dari pola halus,
dadanya terbuka seperempat, menurut mode yang paling baru. Kutang pun model
baru pula, sehingga agak jelas pangkal susu, dan tidak memakai selendang.”Selain
itu kisah yang diceritakan dalam roman ini yang merupakan kisah percintaan
Hayati dan Zainuddin juga kurang cocok jika dibaca oleh anak-anak.
RESENSI
OLEH:
Nama : Alfira Khoirun Nisa’
Kelas :
11 MIA 2/04
Sekolah: SMA Negeri
1 Kepanjen
Alamat : Desa
Kademangan,Kec.Pagelaran,Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar