Seberkas
Harapan Imaji
“Kun
Fayakun”
Pengarang :
A. Fuadi
Penerbit :
PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit :
2009
Kota Terbit :
Jakarta
Kategori :
Fiksi Novel
Jumlah Halaman :
423 Halaman
Novel Negeri 5 Menara ini sebuah novel yang terinspirasi dari
kisah nyata yang dialami oleh pengarang novel ini sendiri yaitu A. Fuadi. A.
Fuadi lahir di Bayur kampung kecil di pinggir Danau Maninjau pada tahun
1972. Novel ini pernah mendapatkan predikat
sebagai “10 Besar Khatulistiwa Literary Award 2010” dan “Buku dan Penulis Fiksi
Terfavorit 2010”
Dalam novel ini yang menjadi tokoh utama adalah Alif. Kisah
Alif dimulai saat Alif harus mengikhlaskan impiannya dan menjalankan keinginan
ibunya untuk masuk dan belajar di pondok pesantren. Alif merasa ragu untuk
menjalankan keinginan ibunya karena Alif merupakan seorang anak laki-laki yang
tidak pernah melangkahkan kaki meninggalkan kampung halamannya yaitu
Minangkabau. Atas saran pamannya yang ada di Kairo, Alif membulatkan tekatnya
untuk belajar di pondok pesantren dan masuk di Pondok Madani (Pondok Modern
Gontor) yang ada di Ponorogo, Jawa Timur.
Pada hari pertama di Pondok Madani, Kiai Rais yang merupakan
pimpinan Pondok Madani menyambut kedatang santri baru dengan memberikan petuah
kepada santri baru. Salah satu petuah yang menurut Alif menggugah semangat
yaitu “Man Jadda Wajada” yang artinya siapa yang bersungguh-sungguh pasti
berhasil.
Ketika di Pondok Madani, Alif mempunyai 5 kawan, yaitu Raja
dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung, dan
Baso dari Sulawesi. Kehidupan di Pondok Madani tidak semudah yang dibayangka,
karena Pondok Madani memiliki peraturan yang ketat dengan jadwal yang padat.
Namun disela-sela padatnya kegiatan, Alif dan ke-5 kawannya selalu menyempatkan
diri untuk berkumpul di bawah menara masjid yang merupakan tempat tongkrongan
bagi mereka ber-6. Dibawah menara masjid Alif dan ke-5 kawannya selalu
merenungkan impian-impian mereka dengan melukiskan impian mereka di atasa awan
dengan menggunakan imainasi mereka.
Pada tahun ke-2, kawan Alif yang bernama Baso memutuskan
keluar dari Pondok Madani karena permasalahan ekonomi dan keluarga.Kepergian
Baso membangkitkan semangat bagi Alif, Raja, Said, Dulmajid, dan Atang untuk menamatkan
Pondok Madani dan mampu mewujudkan impian mereka. Setelah 8 tahun belajar di
Pondok Madani, pada akhirnya mereka mampu mewujudkan imaji impian mereka
masing-masing yaitu Alif berada di Amerika, Raja berada di Eropa, Atang berada
di Afrika, Baso di Asia, Said dan Dulmajid yang sangat nasionalis, mereka
berada di Indonesia. Mereka semua pada akhirnya mampu mewujudkan imaji impian
mereka dengan menjadi orang yang sukses, karena mereka telah melewati masa-
masa sulit ketika mereka harus belajar di Pondok Madani. Jangan berkecil hati
atas semua impian, mungkin sekarang impian itu suatu kemustahilan, tapi apa
boleh buat ketika Allah telah mentakdirkan impian itu terjadi di masa yang akan
datang. Maka dari itu bersungguh sungguhlah dalam menggapai impian, “Man Jadda
Wajada” (Siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil).
Keunggulan novel ini terletak pada gaya bahasa pengarang yang
menarik dan lugas dan mudah dipahami seperti, “Semua orang mengobrol seperti
dengungan ribuan tawon yang bertransmigrasi”. Selain itu, pengarang juga
menggambarkan aspek kultural di pondok pesantren yang kental dengan nilai-nilai
religious dan menepis anggapan bahwa santri hanya bisa mengaji dan berceramah
dibuktikan dengan “Pelajaran wajib yang selalu ada setiap hari adalah Bahasa
Arab dan Bahasa Inggris”. Dan dalam novel ini ditambahkan gambar sketsa tempat-
tempat yang ada di Pondok Madani yang ada di balik sampul depan. Buku ini cocok
untuk para akademis, pelajar, dan orang tua karena novel ini termasuk
“Indonesian’s Most Inspiring Novel”
Dalam novel ini juga terdapat kekurangan yang terletak pada
konflik cerita yang hanya di tonjolkan pada pertentangan batin Alif, yang
terdapat pada novel “Aku mengerjap-ngerjapkan terkejut, Leherku rasanya layu,
rotan tempat dudukku berderit ketika aku menekurkan kepala dalam-dalam. SMA
dunia impian yang sudah aku bangun lama di kepalaku pelan-pelan gemeretak dan
runtuh jadi abudalam sekejap mata”. Sehingga mnyebabkan dinamika pada novel
terasa datar. Novel ini tidak cocok untuk anak-anak.
Novel ini bejudul Negeri 5 Menara, Karya A.
Fuadi.Menceritakan tentang kisah 6 orang sekawan. Novel ini bertema tentang
perjuangan, pencapaian impian dan keikhlasan.
Nama : Alissa Qotrunada Assyafi’iya
Kelas : XI Mia 2
No
Absen : 05
Sekolah : SMAN 1 Kepanjen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar