Selasa, 29 Mei 2018

Resensi "Negeri 5 Menara"

Seberkas Harapan Imaji
“Kun Fayakun”

Judul Novel         : Negeri 5 Menara 
Pengarang          : A. Fuadi
Penerbit             : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit       : 2009
Kota Terbit         : Jakarta
Kategori             : Fiksi Novel
Jumlah Halaman  : 423 Halaman




        Novel Negeri 5 Menara ini sebuah novel yang terinspirasi dari kisah nyata yang dialami oleh pengarang novel ini sendiri yaitu A. Fuadi. A. Fuadi lahir di Bayur kampung kecil di pinggir Danau Maninjau pada tahun 1972.  Novel ini pernah mendapatkan predikat sebagai “10 Besar Khatulistiwa Literary Award 2010” dan “Buku dan Penulis Fiksi Terfavorit 2010”
        Dalam novel ini yang menjadi tokoh utama adalah Alif. Kisah Alif dimulai saat Alif harus mengikhlaskan impiannya dan menjalankan keinginan ibunya untuk masuk dan belajar di pondok pesantren. Alif merasa ragu untuk menjalankan keinginan ibunya karena Alif merupakan seorang anak laki-laki yang tidak pernah melangkahkan kaki meninggalkan kampung halamannya yaitu Minangkabau. Atas saran pamannya yang ada di Kairo, Alif membulatkan tekatnya untuk belajar di pondok pesantren dan masuk di Pondok Madani (Pondok Modern Gontor) yang ada di Ponorogo, Jawa Timur.
        Pada hari pertama di Pondok Madani, Kiai Rais yang merupakan pimpinan Pondok Madani menyambut kedatang santri baru dengan memberikan petuah kepada santri baru. Salah satu petuah yang menurut Alif menggugah semangat yaitu “Man Jadda Wajada” yang artinya siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil.
        Ketika di Pondok Madani, Alif mempunyai 5 kawan, yaitu Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung, dan Baso dari Sulawesi. Kehidupan di Pondok Madani tidak semudah yang dibayangka, karena Pondok Madani memiliki peraturan yang ketat dengan jadwal yang padat. Namun disela-sela padatnya kegiatan, Alif dan ke-5 kawannya selalu menyempatkan diri untuk berkumpul di bawah menara masjid yang merupakan tempat tongkrongan bagi mereka ber-6. Dibawah menara masjid Alif dan ke-5 kawannya selalu merenungkan impian-impian mereka dengan melukiskan impian mereka di atasa awan dengan menggunakan imainasi mereka.
        Pada tahun ke-2, kawan Alif yang bernama Baso memutuskan keluar dari Pondok Madani karena permasalahan ekonomi dan keluarga.Kepergian Baso membangkitkan semangat bagi Alif, Raja, Said, Dulmajid, dan Atang untuk menamatkan Pondok Madani dan mampu mewujudkan impian mereka. Setelah 8 tahun belajar di Pondok Madani, pada akhirnya mereka mampu mewujudkan imaji impian mereka masing-masing yaitu Alif berada di Amerika, Raja berada di Eropa, Atang berada di Afrika, Baso di Asia, Said dan Dulmajid yang sangat nasionalis, mereka berada di Indonesia. Mereka semua pada akhirnya mampu mewujudkan imaji impian mereka dengan menjadi orang yang sukses, karena mereka telah melewati masa- masa sulit ketika mereka harus belajar di Pondok Madani. Jangan berkecil hati atas semua impian, mungkin sekarang impian itu suatu kemustahilan, tapi apa boleh buat ketika Allah telah mentakdirkan impian itu terjadi di masa yang akan datang. Maka dari itu bersungguh sungguhlah dalam menggapai impian, “Man Jadda Wajada” (Siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil).
        Keunggulan novel ini terletak pada gaya bahasa pengarang yang menarik dan lugas dan mudah dipahami seperti, “Semua orang mengobrol seperti dengungan ribuan tawon yang bertransmigrasi”. Selain itu, pengarang juga menggambarkan aspek kultural di pondok pesantren yang kental dengan nilai-nilai religious dan menepis anggapan bahwa santri hanya bisa mengaji dan berceramah dibuktikan dengan “Pelajaran wajib yang selalu ada setiap hari adalah Bahasa Arab dan Bahasa Inggris”. Dan dalam novel ini ditambahkan gambar sketsa tempat- tempat yang ada di Pondok Madani yang ada di balik sampul depan. Buku ini cocok untuk para akademis, pelajar, dan orang tua karena novel ini termasuk “Indonesian’s Most Inspiring Novel”
        Dalam novel ini juga terdapat kekurangan yang terletak pada konflik cerita yang hanya di tonjolkan pada pertentangan batin Alif, yang terdapat pada novel “Aku mengerjap-ngerjapkan terkejut, Leherku rasanya layu, rotan tempat dudukku berderit ketika aku menekurkan kepala dalam-dalam. SMA dunia impian yang sudah aku bangun lama di kepalaku pelan-pelan gemeretak dan runtuh jadi abudalam sekejap mata”. Sehingga mnyebabkan dinamika pada novel terasa datar. Novel ini tidak cocok untuk anak-anak.
        Novel ini bejudul Negeri 5 Menara, Karya A. Fuadi.Menceritakan tentang kisah 6 orang sekawan. Novel ini bertema tentang perjuangan, pencapaian impian dan keikhlasan.



















Nama        : Alissa Qotrunada Assyafi’iya
Kelas         : XI Mia 2
No Absen    : 05
Sekolah      : SMAN 1 Kepanjen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar