Selasa, 29 Mei 2018

Resensi "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck"

Naufragio Cinta


Judul buku  :Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Penulis     :HAMKA
Penerbit    :PT. Balai Pustaka
Tahun terbit:2013
Kota terbit :Jakarta
Cetakan ke  :1
Tebal       :xii+264 halaman
Genre       :Roman
ISBN        :979-690-997-9





Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck merupakan karya dari Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah). Beliau merupakan putra dari Syekh Abdul Karim Amrullah, asal Maninjau, ulama Minangkabau terkemuka di awal abad 20. Buya Hamka sudah aktif menulis sejak muda, dalam berbagai majalah. Roman yang ditulisnya berjumlah 58 judul. Karya terbesarnya adalah Tafsir Al Azhar, meliputi 30 juz Al Quran, diselesaikannya 2 tahun dalam tahanan Orde Lama (1964-1966). Studinya tentang sejarah islam ditulisnya dalam Sejarah Ummat Islam, 4 jilid. Otobiografi beliau dituliskannya dalam roman Kenang-kenangan Hidup, 4 jilid. Di antara novel-novelnya yang mendapat perhatian publik dan menjadi teks sastra di Indonesia, Malaysia dan Singapura adalah Merantau ke Deli, Di Bawah Lindungan Ka’bah dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.
Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck menceritakan seorang pemuda bernama Zainudin. Berawal dari pertemuan yang tak disengaja antara Zainuddin dan hayati di jalan waktu hujan turun, dari sanalah percintaan sepasang kekasih yang penuh derita ini dimulai. Hubungan Zainuddin dan Hayati tidak disetujui oleh keluarga Hayati. Dengan alasan Zainuddin tidak bersuku dan berbeda adat. Zainuddin dianggap sebagai anak orang Makassar oleh orang-orang Minangkabau sekalipun ayahnya asli Minangkabau karena ayahnya menikah dengan orang Makassar.
Hayati akhirnya menikah dengan Azis kakak dari sahabatnya Khadijah yang tinggal di Padang Panjang atas dasar pilihan Hayati dan keputusan mamaknya yang sepakat menerima Azis dan menolak lamaran Zainuddin. Azis anak orang berada yang masih sesuku dan terikat kerabat walaupun jauh dengan mamaknya hayati. Awal pernikahan Hayati dan Azis sangat bahagia karena Azis pandai mengambil dan menyenangkan hati Hayati. Namun tanpa sepengetahuan Hayati, Azis adalah tipe pemuda yang suka menghamburkan uang, berjudi, mabuk-mabukkan dan senang main perempuan. Mendengar pernikahan Hayati dan penolakan atas pinangan yang di kirim melalui surat, Zainuddin pun jatuh sakit. Zainuddin selalu memanggil nama Hayati dalam erangannya. Atas permintaan dokter dan izin dari Azis akhirnya Hayati pun menjenguk Zainuddin. Dengan sekejap sakitnya langsung sembuh. Setelah sembuh dari sakit Zainuddin menjadi penulis yang terkenal di tanah Jawa.
Seiring berjalannya waktu Azis bangkrut kemudian rela menceraikan Hayati demi Zainuddin yang telah banyak membantunya saat itu dan bunuh diri di sebuah hotel. Tetapi Zainuddin menolak untuk menerima Hayati demi membalas dendamnya terhadap Hayati atas pengkhianatan yang dilakukan Hayati pada masa lalu.
Hayati pulang dengan perasaan sedih menaiki kapal Van Der Wijck. Kapal tersebut tenggelam dalam perjalanan tetapi Hayati berhasil diselamatkan. Dia meninggal setelah Zainuddin menuntunnya mengucap kalimat syahadat. Zainuddin juga meninggal tidak lama kemudian karena menanggung penyesalan yang tidak berkesudahan.
Dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, penulis menggambarkan latar dengan sangat detail sehingga pembaca bisa merasakan dan menghayati secara maksimal. Hal ini terlihat pada bagian Anak Orang Terbuang “Matahari telah hampir masuk ke dalam peraduannya. Dengan  amat perlahan, menurutkan perintah dari alam gaib, ia berangsur turun, turun ke dasar lautan.... Nun, agak di tengah, di tepi pagaran anggar kelihatan puncak dan sebuah kapal yang telah berpuluh tahun ditenggelamkan di sana.”. Kata-kata dalam novel ini sangat halus dan menyenangkan hati. Emosi yang dibangun terasa nyata. Luapan kemarahan, perasaan sedih, kegembiraan dan cinta semuanya melebur jadi satu.
Terdapat surat cinta yang sangat menyentuh hati pada bagian Pulang. Surat tersebut merupakan surat terakhir dari Hayati untuk Zainuddin“Pergantungan jiwaku, Zainuddin! Kemana lagi langit tempatku bernaung, setelah engkau hilang pula dariku.... .”. Namun dalam roman ini terlalu banyak penggalan surat yang dituliskan, terdapat sekitar 31 surat yang menyebabkan pembaca menjadi cepat jenuh.
Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ini kurang cocok jika dibaca oleh anak-anak. Pada bagian Pacu Kuda dan Pasar Malam terdapat penggambaran bagaimana pakaian yang digunakan oleh Khadijah “.... Kebaya pendek yang jarang, dari pola halus, dadanya terbuka seperempat, menurut mode yang paling baru. Kutang pun model baru pula, sehingga agak jelas pangkal susu, dan tidak memakai selendang.”Selain itu kisah yang diceritakan dalam roman ini yang merupakan kisah percintaan Hayati dan Zainuddin juga kurang cocok jika dibaca oleh anak-anak.


















RESENSI OLEH:

Nama  : Alfira Khoirun Nisa’
Kelas : 11 MIA 2/04
Sekolah: SMA Negeri 1 Kepanjen
Alamat : Desa Kademangan,Kec.Pagelaran,Malang 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar